إِنَّ
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ
نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فَإِنَّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ خَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ و كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ
فِي النَّارِ
Amma ba’du, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala
dan hendaklah kita senantiasa ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita
diwajibkan selama masih hidup untuk senantiasa taat dan beribadah kepada
Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kematian kepadamu.” (Q.S. al-Hijr/15: 99) .
Sebagian ulama salaf
mengatakan, “Tiada tujuan lain amalan seorang muslim, kecuali untuk
menghadapi kematian.”
Oleh karena itu,
merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk lebih serius memperhatikan
dan mengerahkan segala kemampuannya pada mawâsimil khair (waktu-waktu
yang utama untuk melakukan kebaikan). Di antara bentuk rahmat Allâh Subhanahu
wa Ta’ala yaitu Dia menyediakan bagi para hamba-Nya waktu-waktu utama yang
pada saat itu semua kebaikan dilipat gandakan balasannya dibandingkan
waktu-waktu lainnya. Di antara waktu itu adalah bulan Ramadhân yang penuh
berkah. Pada bulan ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Alqurân
yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang
sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sungguh akan datang
kepada kalian tamu yang membawa keberkahan dan lagi mulia. Maka, hendaklah kita
menyambutnya dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hendaklah kalian
bersyukurlah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena Allâh Subhanahu
wa Ta’ala masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhân!
Hendaklah kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar ditolong
dalam melakukan berbagai amal shalih, serta mohonlah kepada-Nya agar Allâh Subhanahu
wa Ta’ala menerima seluruh amal kita. Karena bulan Ramadhân sebagaimana
telah kita ketahui memiliki banyak keistimewaan.
Di antara
keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan puasa pada
bulan Ramadhân sebagai salah satu rukun Islam. Orang yang telah memenuhi
persyaratan tidak diperkenankan meninggalkan berpuasa pada bulan itu, kecuali
dengan alasan yang dibenarkan syariat, seperti bepergian jauh atau sakit.
Itupun dia tetap dikenai beban untuk menggantinya di bulan-bulan yang lain.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ
مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. (Q.S.
al-Baqarah/2: 185).
Juga Allah Subhanahu
wa Ta’ala memberikan keringanan kepada orang yang sudah berusia lanjut dan
tidak mampu lagi untuk berpuasa. Orang seperti ini tidak dikenai kewajiban
mengganti pada bulan yang lain. Dia hanya dikenai kewajiban membayar fidyah
sesuai dengan ketentuan syariat.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Di antara keistimewaan
Ramadhân yaitu shalat tarawih yang disyariatkan khusus pada bulan ini. Shalat
sunat disyariatkan dikerjakan secara berjamaah di masjid. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ
قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang shalat
bersama imam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat untuknya pahala
shalat semalam penuh.
Para ulama mengatakan
bahwa shalat ini hukumnya sunat mukkad, sehingga seharusnya bagi
seluruh kaum muslimin memperhatikannya dengan baik. Hendaknya kita
memperhatikan cara pelaksanaanya agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, tidak hanya sekadar mengikuti adat atau kebiasaan.
Sangat disayangkan fenomena di tengah masyarakat, banyak di antara mereka yang
melaksanakannya, namun seakan sebagai adat saja. Sehingga, apa yang mereka
lakukan tidak berbekas sama sekali dalam jiwa. Nas’alullah ‘afiyah.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan lain dari
Ramadhân yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai waktu
untuk menurunkan Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. Allâh Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhân,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqurân sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). (Qs
al-Baqarah/2:185)
Ibnu Abbâs mengatakan,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh Alquran sekaligus dari Lauhul
Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhân. Lalu
di sana, diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai kejadian.”
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan ramadhan yang selalu
ditunggu-tunggu dan diharap-harap yaitu dia memilki Lailatul Qadr yang
dijelaskan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala keistimewaannya
yaitu lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diberi taufik oleh untuk
beramal malam itu, berarti sama dengan beramal selama delapan puluh tiga tahun.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk beramal shalih pada malam itu.
Dan masih banyak lagi
keistimewaan bulan Ramadhân, bulan yang ditunggu kehadirannya oleh seluruh kaum
muslimin yang memiliki kepedulian terhadap hari akhiratnya. Bulan yang penuh
berkah ini akan segera datang. Mestinya, sejak sekarang sudah bertekad akan
bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih pada bulan Ramadhân, sebagaimana
anjuran Rasûlullâh. Bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai amalan shalih,
baik yang wajib, ataupun sunnah,
seperti shalat, shadaqah, dan sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala. Maka, janganlah kita sia-siakan bulan ini dengan melakukan
sesuatu yang tidak bermanfaat, sebagaimana kelakuan orang-orang celaka. Yaitu
orang-orang yang lupa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allâh
pun melupakan mereka. Mereka tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang
penuh kebaikan yang akan menjelang ini. Mereka tidak mengetahui kehormatan
bulan ini dan tidak mengetahui nilainya.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada bulan Ramadhân,
pintu-pintu surga dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup. Setan yang
senantiasa menggoda dan menjebak manusia agar berbuat maksiat pun dibelenggu.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan
Ramadhân telah tiba, pintu-pintu surga
dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim).
Dengan demikian,
kesempatan untuk melakukan kebaikan itu terbuka lebar. Kita juga bisa
menyaksikan pada bulan Ramadhân, banyak orang yang berubah drastis. Dari yang
tidak pernah ke masjid jadi gemar ke masjid; dari yang bakhil berubah
menjadi pemurah dan lain sebagainya.
Namun sangat
disayangkan, banyak orang yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini,
yang mereka tahu adalah bulan ini merupakan kesempatan untuk menghidangkan dan
menyantap makanan dan minuman yang bervariasi. Asumsi ini mendorong berusaha
keras untuk memenuhi apapun yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Mereka
mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli barang-barang yang sebenarnya
tidak dibutuhkan. Mereka berfoya-foya. Padahal sudah dimaklumi bersama, bahwa
terlalu banyak makan menyebabkan seseorang malas melaksanakan perbuatan taat.
Sementara pada bulan yang mulia ini, seorang muslim diharapkan mengurangi makan
sehingga bisa bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sebagian lagi
memahaminya sebagai kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan. Dia pun
“memanfaatkan” sebagian besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai
tertinggal shalat jamaah di masjid. Mereka berdalil dengan hadits lemah,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ
Tidurnya orang yang
berpuasa itu ibadah. (Hadits ini
dinyatakan dhaif oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah
Ahadits adh-Dhaifah, no. 4696).
Ini jelas sebuah
kekeliruan.
Sebagian lagi
memahaminya sebagai waktu untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi mereka habiskan waktu malam mereka
dengan bercanda-ria dan melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak
bermanfaat bagi mereka di akhirat. Ketika badan sudah terasa lelah akibat
begadang, mereka segera sahur, selanjutnya tidur sampai melewati shalat Shubuh.
Na’udzubillah.
Sebagian lagi asik
menyantap hidangan saat berbuka sampai lupa diri dan meninggalkan shalat
Maghrib berjama’ah di masjid. Inilah di antara fenomena meyedihkan yang sering
kita temukan di tengah masyarakat pada bulan Ramadhân. Mereka meninggalkan
berbagai kewajiban dan melakukan aneka perbuatan yang diharamkan. Rasa takut
kepada adzab Allâh Subhanahu wa Ta’ala seakan sudah tidak ada lagi di hati mereka. Kalau kelakuan
mereka, masihkah Ramadhân memiliki keistimewaan di mata mereka? Manfaat apa
yang bisa mereka petik darinya?
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Ada lagi sebagian orang
yang memahami bulan Ramadhân sebagai kesempatan emas untuk berbisnis. Mereka
mencurahkan segala kemampuan untuk menyusun strategi demi meraup untung
sebanyak-banyaknya di bulan ini. Waktu-waktu mereka dihabiskan di lokasi-lokasi
bisnis, sampai-sampai tidak lagi untuk ke masjid, kecuali sebentar saja dan
itupun dalam suasana terburu-buru. Di kepala mereka, Ramadhân merupakan
kesempatan meraih dunia dan bukan akhirat. Mereka letihkan diri mereka pada
bulan Ramadhân demi mencari sesuatu yang fana dan meninggalkan sesuatu yang
manfaatnya kekal abadi.
Inilah beberapa contoh
sikap yang keliru dalam menyikapi kemuliaan bulan Ramadhân. Tanpa disadari, ini
merupakan musibah besar bagi mereka. Mereka dari terhalang berbagai kebaikan
yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang memanfaatkan
momen berharga ini dalam rangka beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala
semata. Semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk
orang-orang yang mengerti akan arti Ramadhân dan semoga Allâh Subhanahu wa
Ta’ala senantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa
beramal shaleh.
[Khutbah Kedua]
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada khutbah yang
pertama, sudah kita sampaikan beberapa sikap sebagian kaum Muslimin yang keliru
dalam menyikapi Ramadhân. Keliru karena bertolak belakang dengan sikap
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena, pada bulan Ramadhân,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat lagi beribadah
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tinggalkan berbagai kesibukan demi beribadah kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala. Ini juga yang dilakukan oleh para ulama salaf. Mereka
benar-benar serius memperhatikan bulan ini. Mereka meluangkan waktunya untuk
beribadah kepada kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menunaikan
berbagai amal shaleh. Mereka memanfaatkan detik demi detik waktu dalam ketaatan
kepada Rabb mereka dan bersungguh-sungguh melaksanakan shalat tahajjud.
Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Apabila bulan Ramadhân telah tiba,
maka waktu itu hanya untuk membaca Alqurân dan memberi makan orang lain.” Para
ulama salaf juga senantiasa duduk di masjid dan mengatakan, “Kami menjaga puasa
kami dan tidak menggunjing seorangpun.” Mereka juga memiliki antusias tinggi
untuk melaksanakan shalat
tarawih dan menyelesaikannya bersama imam. Maka dengan demikian bertakwalah
kalian kepada Allâh wahai kaum muslimin dan jagalah bulan Ramadhân ini,
perbanyaklah di dalamnya ketaatan-ketaatan kepada Allâh mudah-mudahan Allâh
menggolongkan (menetapkan) bagi kita ke dalam orang-orang yang beruntung dan
memperoleh kemenangan di bulan ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا
رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن
قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَقِمِ الصَّلاَةَ
Sumber http://khotbahjumat.com/sikapilah-ramadhan-sebagaimana-mestinya/#axzz21mSIDvS0
KHUTBAH JUM'AT Romadhon dapat 7 hari
Oleh: Ust. Yusuf Suhato
الحمد لله, الحمد
لله الذى أنعم علينا بنعمة الإيمان و الإسلام, وكتب علينا الصيام الذى هو
ركن من أركان الاسلام, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ أدخرها ليوم الزحام, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الداعى بقوله وفعله إلى دار السلام.
اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه
وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ,
فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
وَتَرْكِ الأَثَامِ تدخلوا جنة ربكم بسلام
Ma’asyiral Muslimin RahimakumullahMarilah kita bersama-sama menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai ruang untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. dengan meninggalkan kemaksiatan dan berbondong-bondong pada amal kebaikan. Karena dalam ramadhan amal kebaikan akan ilipat-gandakan. Ingatlah sebuah hadits Rasulullah saw ‘Barang siapa datang ke majlis ta’lim di bulan Ramadhan, maka Allah memerintahkan malaikat mencatat setiap langkahnya sebagai pahala ibadah satu tahun penuh. Dan Aku (Kanjeng Nabi Muhammad saw) akan bersamanya pada hari kaimat nanti di bawah Arasy-NYa.
Ingatlah pula hadits Rasulullah saw yang memberitakan “barang siapa memberi buka puasa kepada orang lain hinnga kenyang, Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan kelak di akhirat nanti Allah akan memberinya minuman penolak dahaga hingga masuk surga. Dan orang itu juga mendapatkan pahala sebagaimana pahala mereka yang diberinya makanan berbuka tanpa terkurangi sedikit saja.
Bukankah semua itu hanya ada di Ramadhan saja? andaikan mereka memahami hikmah yang terkandung di dalam Ramadhan, pastilah mereka akan mengharap semua bulan menjadi Ramadhan, begitu kata rasulullah saw
لَوْتَعْلَمُ
اُمَّتىِ مَا فِى رَمَضَانَ لَتَمَنَّوْا اَنْ تَكُوْنَ السَّنَةُ كُلُّهَا
رَمَضَانَ, لِأَنَّ الْحَسَنَةَ فِيْهِ مُجْتَمِعَةُ وَالطَّاعَةِ
مَقْبُولَةُ وَالدَّعَوَاةِ مُسْتَجَابَةُ وَالذُّنُوْبَ مَغْفُوْرَةُ
وَاْلْجنَّةُ مُشْتَاقَةُ لَهُمْ
Andaikata umatku tahu yakni mengerti apa yang terkandung dalam
ramadhan, maka mereka akan mengharapkan satu tahun itu akan menjadi
bulan Ramadhan. Karena di dalam Ramadhan semua kebaikan dikumpulkan,
semua ketatan diterima (Allah) semua do’a dikabulkan, dos-dosa
diampunkan. Dan sorga-sora merindukan mereka.Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah
Satu minggu bulan ramadhan telah berjalan, sudah tujuh hari puasa kita jalankan. Makan sahur di malam hari menahan lapar hingga maghrib menjelang. Apakah perubahan yang telah kita rasakan? Adakah perubahan itu begitu jelas menjelma dalam amal-amal yang kit lakukan? atau kita hanya merasa lapar dan kehausan saja, tanpa ada perubahan?
Marilah, mumpung puasa baru satu minggu. Mari kita intropeksi diri kita masing-masing apakah kita telah menemukan hikmah puasa ramadhan kali ini? Tentunya jawabnya ada pada diri kita masing-masing. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan…
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ
“Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tidak mendapatkan balasan kecuali lapar dan haus”.Ayyuhas shaimun rahimakumullah
Dalam haditsnya Nabi Muhammad saw meyebut puasa sebagai pintu ibadah. Nabi bersabda
لكل شيء باب وباب العبادة الصوم أخرجه ابن المبارك في الزهد ، ومن طريقه أبو الشيخ في الثواب من حديث أبي الدرداء
Segala sesuatu ada dipintu masuknya, dan pintu ibadah adalah puasa.
Hal ini menimbang penting dan kegunaan ibadah puasa ini, maka ia kerap
diberlakukan sebagai ibadah terapis sebagai penangkal tumbuh liarnya
nafsu syahwat libido, misalnya dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari
Ibn Mas’ud, dapat kita telaah anjuran Rasulullah Muhammad kepada para
pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah, dianjurkan
untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut sebagai Wija’ (alat
kendali).Hadirin yang berbahagia
Dalam telaah Sayyid Haidar Al-Amuly misalnya, penulis kitab Asrararus Syariah wa Athwarul Thariqah wa Anwarul Haqiqah, puasa disebut sebagai pintu ibadah dikarenakan ia berfungsi terhadap dua hal. Pertama, puasa dapat mencegah sesuatu yang dilarang agama dan kedua, puasa adalah bentuk penyerangan terhadap godaan setan. Detailnya adalah sebagai berikut.
Pertama, puasa berpotensi mencegah hal-hal yang dilarang, mencegah diri dari nafsu syahwat dan bahwa puasa itu adalah ibadah eksklusif, yakni ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Berbeda dengan salat, zakat dan ibadah selain keduanya yang masih mungkin dilihat sesama, sehingga dikhawatirkan tersusupi perasaan bangga dan bertindak pamer. Padahal bukankah telah maklum, bahwa keduanya adalah penyebab utama tertolaknya suatu ibadah dan ketaatan.
Kedua, puasa adalah sebentuk penyerangan terhadap setan, sebagai musuh Allah dan kita semua. Disebut menyerang setan, karena ia tidak akan mampu menggoda manusia, kecuali dengan jalan pemenuhan nafsu syahwat. Nah, rasa lapar dan dahaga adalah upaya preventif untuk menaklukkan segala nafsu syahwat yang tidak lain adalah piranti setan untuk menggoda manusia.
Oleh karena itu, Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika piranti ini ditiadakan, adalah menjadi niscaya pula hilangnya aktivitas godaan itu. Karena itu, Nabi Muhammad bersabda : “ Sesungguhnya setan itu menyusuri putra Adam, sebagaimana aliran darah, maka sempitkan alirannya dengan lapar.” Dengan hadits ini, kita dapat memahami makna hakikat hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Setan-setan dibelenggu. Maka berserulah seorang penyeru : “Hai siapa yang menginginkan kebaikan datanglah! Dan siapa yang ingin (melakukan) kejahatan, cegahlah dirimu! (H.R. Turmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Dari komparasi dua hadits di atas, kiranya telah jelas bahwa yang dimaksud setan dibelenggu, lebih mengena diartikan bahwa peluang dan piranti setan untuk menggoda manusia di bulan puasa Ramadan benar-benar ditutup, dikendalikan dengan terapi lapar manusia yang berpuasa. Dengan ditutupnya peluang melakukan dosa bermakna neraka siksaan telah pula ditutup dan yang tinggal kemudian adalah bekerjanya nurani manusia untuk kembali pada jalan Allah yang membawanya menuju surga keridhaan Allah Ta’ala.
Akhirnya, khotbah ini hendak mengatakan bahwa semuanya kemudian kembali pada pribadi kita masing-masing untuk mengetuk dan mau membuka pintu ibadah ini.Kita sambut dan jemput dengan gempita peluang berharga yang dihadiahkan Allah Ta’ala ini, yang dengan puasa ini, ibadah-ibadah atau penghambaan yang lain menjadi terbuka dan mudah untuk dimakna dan dijalankan.
باَرَكَ اللهُ لِيْ
وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ
رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ
وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ
اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Sumber http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,38939-lang,id-c,khotbah-t,Puasa+sebagai+Pintu+Ibadah-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar